.
Hi, Arya kembali lagi. Bakal certia dikit tentnag keresahan sejauh ini.
Aku sendiri merasa kurang percaya diri dan cukup insecure sejak kecil, bahkan mungkin sejak TK atau sebelum sekolah. Aku orangnya cukup pendiam dan pemalu sejak dulu. Di TK, aku ga begitu aktif dalam kegiatan, kurang interaktif juga dengan teman-teman lainnya. Di lingkungan rumah, aku juga cukup terbatas, banyak aturan dari wali yang mengasuh. Aku merasa memiliki kebebasan yang kurang dibanding yang lain, meskipun aku kadang cukup penakut untuk mencoba hal baru seperti teman yang lain. Aku dikenal dari dulu memang nggak keren, kurang update soal tren-tren yang sedang diikuti anak-anak seumuranku. Aku justru malah sering dimanfaatkan atau ditipu ketika ingin belajar atau ikut bermain mengikuti tren bersama teman.Sejak SD, aku juga memang jarang memiliki teman. Di TK pun hanya kenal beberapa dan tidak begitu akrab, paling hanya akrab ke 1 2 anak saja. Aku juga sudah tidak akrab lagi dengan keduanya, setidaknya salah satunya semenjak di bangku SMP.
Aku dari dulu memang tipikal lone wolf. Mau ikut circle yang pintar juga sulit mengikuti ketertarikan mereka yang sering ngobrol tentang anime dan kartun itu (yang aku jarang/baru tau tentang itu). Geng nakal sekolah juga aku tak cukup nyali, paling tiap ikut antara dipalak, didiemin atau diisengin. Meskipun SDku cukup bagus (salah satu yang notable di kabupatenku tinggal), hal itu bukan berarti ngga ada masalah di sana (yang kumaksud perilaku nakal anak-anak). Banyak anak di SDku merupakan anak dari keluarga yang kurang mampu dan kurang memperhatikan anaknya, bahkan bisa dikatakan tidak ada bentuk parenting yang diberikan, hanya sebatas berusaha memenuhi kebutuhan pokok anak saja, itupun sering kurang. Hal itu juga berimbas pada perilaku dan moral anak itu sendiri, banyak dari mereka akhirnya ikut anak jalanan atau melakukan kriminalitas seperti mencuri dan memalak anak lain. Dengan kondisi yang cukup carut marut tersebut, guru terkesan abai dan hanya fokus membesarkan yang pintar dan memarahi yang bandel. Kenapa aku bisa bilang abai? karena di sekolah tidak ada konseling, ada anak bermasalah semua diselesaikan di kantor guru dengan surat panggilan, sekalipun hal itu sebenarnya bukan masalah begitu serius. Aku salah satu yang menerima sepucuk surat itu namun tidak pernah sampai ke wali asuhku, ku sembunyikan surat itu di bawah kasur dan sampai SMP wali asuhku baru mengetahuinya dan aku baru mulai jujur bahwa dulu aku pernah menerima surat itu karena tidak mengerjakan PR.SD jadi pengalaman yang cukup buruk juga untukku, kurang dihargai teman dan sering diremehkan, sekalipun aku tidak bertindak apapun, seolah aku memang ada untuk dibenci.
SMP dengan harapan lebih baik dari SD, malah membawa petaka buruk. Di tahun awal, aku sudah jadi bahan usil anak-anak, khsusunya dari teman yang mengenal sejak SD. Teman SD yang aku pikir supportif malah justru memberikanku sebagai umpan bahan usil anak-anak. Aku masih bisa menikmati sekolah di tahun pertama dengan lingkungan dan suasana baru, karena harus memahami guru yang banyak, pada setiap mata pelajaran ada satu guru. Masuk tahun kedua, justru semakin buruk, awalnya menyenangkan punya teman yang seru meskipun tetap saja jadi bahan keusilan anak-anak. Pertengahan tahun kedua adalah mulainya titik terendah di hidupku, aku jadi korban bullying di sekolah. Masih teringat sampai sekarang kata-kata yang mereka lempar, perlakuan yang kurang menyenangkan hingga upaya fisik untuk merundung itu. Sisa thaun kedua kujalani dengan sangat terpaksa dan cukup tertekan sampai berpikir untuk mengakhiri sekolah, bahkan juga mengakhiri hidup. Berat sekali rasanya masa-masa itu, masa-masa aku bingung harus bagaimana menghadapi itu semua di saat aku juga perlu mengembangkan potensi sekaligus eksplorasi minatku, tapi aku tidak melakukan apa-apa. Setelah tahun ketiga, perlahan mulai membaik, namun hal itu juga tidak bertahan lama. Ada saja yang tidak suka, pada akhirnya menghantarku ke masalah besar lain. Aku mencetak prestasi, masuk ruang BP. Masa SMP aku tinggalkan dengan muka masam.
Masa SMA aku mulai dengan muka makin masam. Aku terpaksa mengikuti wali asuh karena pilihan yang memungkinkan hanyalah SMA ku. Cita-citaku untuk jadi software engineer jebolan SMK kandas sudah. Paling sialnya, di SMA aku masuk kelas IPS. Komplit sudah, bertemu kawan SMP yang pasti mengerti masalah pembullyan dan masalah sebelum lulus itu. Hal itu akhirnya jadi bahan bakar, membakar mereka yang bersemangat untuk mengerjaiku atau berbuat usil kepadaku. Sudah bosan dengan kata bercanda yang sebenarnya hanya untuk menghindar dari motif asli saja. Di SMA juga aku sulit untuk bersosial, sekalipun pernah jadi ketua suatu komunitas kegiatan ekstra di SMA. Sama sekali ngga ada progress, sekalipun sudah memaksa diri untuk berlatih dan bersosial.
Di kampus, tidak ada bedanya, malah semakin merasa terasing saja. Aku sekolah tidak ada, ada pun mungkin juga tak peduli. Aku makin bingung dengan diri sendiri, apakah ada yang salah? apa aku memang tidak diinginkan oleh masyarakat yang ada sekarang ini? Aku lahir dan tinggal lama di suatu tempat yang sama, tapi seolah mereka seperti bertemu dengan makhluk yang muncul entah kapan dan dari planet mana. Aku berusaha untuk memperbaiki banyak hal. Suara kumur-kumur dan sikap kaku yang berusaha kulatih lebih baik dan luwes, tidak cukup berpengaruh. Penampilan yang semakin update serta lebih mengikuti informasi terkini juga sama saja. Aku selalu terlihat serius saja, seolah aku memang ditakdirkan dilarang bercanda. Hanya beberapa orang yang mungkin tau aku suka bercanda.
Bagaimanapun juga, aku ada disini punya tugas, seperi semua penduduk di bumi ini. Mau bagaimanapun juga, aku harus tetap berjalan menjalankan kewajibanku selama hidup. Namun jika ada kesempatan baik, mohon berikanlah itu. Aku merasa seolah dunia memang menaruhku di posisi ini dan tidak pernah bisa berganti posisi. Semoga ada kabar baik yang menghampiri. (jujur udah bingung mau nulis apa)
Intinya saya makin merasa terasing dan suara-suara yang mengingatkanku ke masa dulu yang kelam itu selalu muncul dan membuatku tidak percaya diri, takut ketika bersosial, dan otak terasa blank apabila berbicara di depan umum atau dengan orang baru. Karena bisikan itu, selalu lebih kuat, sekalipun dengan raunganku.
Komentar
Posting Komentar