Langsung ke konten utama

Memelihara Imajinasi

 03-02-2024

Saya tahu bahwa orang-orang selalu berusaha untuk optimis, menghadapi segala masalah dengan percaya diri dan yakin selalu ada harapan meskipun kenyataan memberikan tanda bahwa tidak ada kemungkinan lain selain berhenti, menyerah, atau gagal.

Kita selalu diberikan kata-kata bahwa kita bisa menangani semua hal, selalu dapat berkembang dan belajar agar menjadi pintar. Padahal, kita juga mengalami stuck, selalu mengalami kegagalan, bahkan tak jarang kita juga selalu sakit. Rasa yakin itu kemudian tetap ada sekalipun gagal ada di depan mata, sekalipun orang lain tidak percaya dan memang kenyataannya tidak seperti itu, orang pasti akan menunjukkan bahwa kitalah yang salah.

Sedikit kata penganatr yang ngelantur sebelum membahas inti dari tulisan ini, yaitu tentang memelihara imajinasi.

Merefleksikan proses kemarin selama perkuliahan, khususnya prakitkum, saya banyak menemukan hal-hal yang menunjukkan bahwa saya memang tidak sepintar yang saya bayangkan. Pada posisi itu, saya merasa bahwa saya memang seharusnya tidak pernah menginjakkan kaki di Universitas Indonesia. Saya sangat sulit untuk mengikuti ritme belajar di lingkungan perkuliahan, sekalipun saya berusaha untuk merelakan peluang dan kesempatan bagus untuk mengembangkan diri dengan memilih fokus pada proses belajar, saya masih sangat jauh tertinggal. 

Saya pada saat masa-masa akhir studi semester lalu, cukup terbebani dan sangat tertekan dengan permasalahan baik dalam lingungan keluarga, finansial, maupun tanggung jawab studi saya yang harus saya pikul ketiganya secara bersamaan. Ketika menjelang UAS, saya menyiapkan materi untuk direview yang terganggu dengan adanya tuntutan revisi laporan asesmen praktikum, yang tidak tahu sampai kapan akan direvisi. Di saat yang sama, saya memperoleh kabar dari orang tua bahwa ibu saya sedang sakit dan tidak ada orang yang bisa menemani, kedua adik saya nekat kembali ke rumah dengan bis, dan adik terkecil biasa mabuk perjalanan ketika naik bis. Saya pada saat itu juga memikirkan nenek yang juga harus ditinggal untuk fokus dengan ibu, di samping itu juga ada tanggungan lain di rumah nenek. Itu cukup menekan hebat sampai beberapa hari sempat sakit pencernaan hingga tidak bisa makan, setiap secuil periuk nasi masuk selalu saja rasa mual muncul dan perut seolah menolak apapun yang masuk sekalipun lambung perih rasanya tidak diberi asupan apapun.

Kondisi itu cukup membuat pengelolaan uang agak goyah, yang disaat bersamaan ibu harus menanggung biaya adik selama perjalanan dari rumah nenenk ke rumah orang tua di bengkulu. Hal itu membuat saya jadi harus mengatur uang lebih baik, karena mungkin saja minggu depan tidak akan ada uang tambahan dari orang tua. Aku saat itu harus memutar otak dalam memperoleh pendapatan tambahan, di samping tidak memungkinkan untuk beasiswa atau ikut kompetisi, di sisi lain juga harus memikirkan kondisi kesehatan dan tanggung jawab studi. Belum jadi orang tua bebannya sudah mulai terasa di usia sekarang ini. Siapa pula yang tidak ingin berbakti. Mengatakan bahwa saya tidak akan bisa membantu adik dan bahkan untuk kehidupan sendiri sulit untuk dipenuhi rasanya perih sekali apalagi didengar orang tua.

Setelah perkuliahan selesai, saya harus berkutat dengan laporan akhir praktikum yang dikejar untuk proses presentasi akhir. Saya melalui itu dengan cukup tertekan karena ada dorongan untuk segera pulang di saat kondisi keuangan buruk dan uang hasil saya mengikuti kegiatan kompetisi juga belum sampai. Akhirnya saat sempat nekat untuk berlibur sejenak melepas belenggu pikiran menuju kota kembang. Saya berbekal 2 tiket gratis, 1 dari hadiah kereta cepat, 1 buah hadiah loyalty pelanggan internet telkom. Saya hanay berkeliling sejenak dan sempat makan cuanki yang tidak habis juga karena terlalu banyak pikiran dan itu membuat saya mual serta lambung terasa perih. Saat itu saya hanya berusaha mengosongkan pikiran-pikiran dan mengalihkan sejenak ke lingkungan di sekitar stasiun bandung. Perasaan yang saat itu teringat hanyalah takut dan tegang, pikiran selalu fokus pada laporan progres dan hari pelaporan bersama supervisor. Tapi, seluruhnya akhirnya dapat dilalui dengan baik meskipun saat presentasi dan laporan lambung sakit sehingga membuat proses agak kurang lancar. Saat uts juga masih terbayang masalah-masalah lainnya, di samping kondisi pencernaan baru mulai pulih sehingga sangat jauh dari kata maksimal proses ujian semester kemarin.

Libur diisi dengan tidak pulang, karena orang tua sempat mengcut-off uang makan karena memang ada cicilan yang jadi prioritas serta uang sudah habis untuk memulangkan adik karena akan masuk sekolah yang harus cepat menggunakan pesawat. Hal baiknya, ibu sudah membaik dan nenek sudah ada temannya lagi. Saya akhirnya bisa fokus pada rencana belajar bahasa inggris dan rencana untuk ScholarEdu maupun rencana ikut kompetisi. Namun, yang mengherankan, saya tidak memiliki semangat sama sekali, rasanya sangat tidak termotivasi dan sangat malas. Bahkan, untuk menulis keresahan di blog ini yang sudah tak tertahan itupun tidak ada tenaga untuk memulai rasanya. Aku merasa berada di tahap burnout yang berkepanjangan, namun tanpa alasan yang bisa saya pahami. Sedih rasanya, tapi ya bagaimana lagi. Minggu-minggu ini berusaha saya lalui dengan sebaik dan selancar mungkin. Saya sempat apply beberapa pelayanan psikologi yang akhirnya tidak ada tindak lanjut. Saya menghibur diri dengan menonton film pada akhirnya, karena tidak ada aktivitas menarik lainnya. Belajar bahasa inggris juga stuck dan tertinggal jauh dari teman-teman yang semangatnya juga perlahan mulai rapuh lagi.

Harapannya semoga kedepan bisa lebih termotivasi dan terus semangat untuk belajar. Masih banyak hal yang saya belum tahu dan ingin tahu, sehingga jangan sampai semangat ini padam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Raungan dalam hening

 . Hi, Arya kembali lagi. Bakal certia dikit tentnag keresahan sejauh ini. Aku sendiri merasa kurang percaya diri dan cukup insecure sejak kecil, bahkan mungkin sejak TK atau sebelum sekolah. Aku orangnya cukup pendiam dan pemalu sejak dulu. Di TK, aku ga begitu aktif dalam kegiatan, kurang interaktif juga dengan teman-teman lainnya. Di lingkungan rumah, aku juga cukup terbatas, banyak aturan dari wali yang mengasuh. Aku merasa memiliki kebebasan yang kurang dibanding yang lain, meskipun aku kadang cukup penakut untuk mencoba hal baru seperti teman yang lain. Aku dikenal dari dulu memang nggak keren, kurang update soal tren-tren yang sedang diikuti anak-anak seumuranku. Aku justru malah sering dimanfaatkan atau ditipu ketika ingin belajar atau ikut bermain mengikuti tren bersama teman.Sejak SD, aku juga memang jarang memiliki teman. Di TK pun hanya kenal beberapa dan tidak begitu akrab, paling hanya akrab ke 1 2 anak saja. Aku juga sudah tidak akrab lagi dengan keduanya, setidaknya...

Disconnected from the world

 ... Lagu yang cukup relate, beberapa liriknya aja sih dan maknanya yang cukup 'kena'. Lagunya keshi - LIMBO yang biasa dipake buat konten karena liriknya bagus dan nadanya mungkin banyak disuka cewe hahaha. Ada bagian lirik yang maknanya kurang lebih: Kita mungkin punya mimpi atau aspirasi, tapi malah jatuh ke dalam hal berulang untuk tidak melakukan apapun dalam mencapai itu. Kita selalu merasa bersalah atas diri kita karena tidak berupaya dan merasa upaya yang dilakukan hanya akan sia-sia karena tidak berdampak atau upaya yang kita lakukan tidak ada gunanya. Ya itu kurang lebih apa yang dialami sejauh ini. Gatau kenapa, beberapa waktu ini cukup membuat perasaan ketidakterhubungan diri ke lingkungan kuat. Beberapa info di perkuliahan banyak yang terlewat, sering ngehang kalo ngobrol sama teman, banyak ga nyambungnya. Di akademik, banyak materi yang seharusnya ingat jadi lupa, suka bengong dan sulit fokus ketika kelas. Banyak yang lain punya peran di kampus, punya kerjaan yang...