Langsung ke konten utama

Ragu, Kemudahan, Realita

22/04/2021

Ini akumulasi cerita 4 hari ke belakang, karena hari ini istirahat aja sambil siapin materi ujian praktik dan menulis.

Agak kesal karena saat menyampaikan opini malah disalahkan, padahal opini itu subjektif. Masalah seleksi masuk perguruan tinggi negeri itu apakah nilai murni atau ada faktor lain yang menyebabkan banyak peserta tidak lolos. Aku jelas menjawab ada, karena dari segi nilai saja menurutku kurang adil, kemampuan orang dengan fasilitas dan paparan informasi yang banyak dibanding dengan anak-anak terpencil dengan akses yang terbatas tentu berbeda, disamping ada faktor tingkat usaha yang dilakukan. Itu baru satu faktor, belum lagi faktor lain seperti domisili, kesanggupan membayar (iya ini juga diperhitungkan, meskipun banyak universitas bilang tidak akan mengeluarkan mahasiswa karena masalah biaya), asal sekolah, dan hal lain yang banyak orang pikir itu hanya mempengaruhi di jalur SNMPTN, untuk jalur lain jelas murni nilai kecuali yang mewajibkan ada SPI/Sumbangan Institusi. Tentu itu hanya asumsiku, dan asumsi mereka juga. Kita tidak tau betul-betul bentuk seleksi seperti apa, jika diseleksi dari nilai, banyak kasus anak dengan skor rendah lolos, namun yang skornya lebih tinggi tidak lolos. Yang kita tau pasti hanya elemen penilaian secara UMUM, tidak secara khusus yang setiap universitas punya kriteria masing-masing.

Yang jelas, itu hanya keadilan semu. Seleksinya saja kurang transparan, untuk UNS merilis nilai UTBK yang lolos pada tahun 2020, itu sudah menjadi sinyal positif untuk masalah transparansi seleksi. Untuk universitas lain kurang tau, semoga yang lain mengikuti. Saya tau pasti universitas punya tujuan atau perpolitikan masing-masing, tapi jangan sampai itu malah menimbulkan ketimpangan.

Yang aku takutkan, anggapan bahwa universitas tertentu sulit untuk dimasuki karena punya kesan universitas terbaik, hanya menambah ketimpangan. Karena yang utama adalah pemerataan akses terhadap informasi yang kaitannya dengan pengembangan diri dan pendidikan apapun itu. Kualitas baru bisa menyusul kemudian, asalkan sumber yang telah merata itu sudah kredibel dan bisa menjadi acuan bersama yang validitasnya tidak diragukan. Itu lebih penting daripada sekedar memaksakan meratakan mahasiswa yang masuk ke universitas, yang tidak sesuai dengan kompetensinya, hanya untuk tujuan universitas terlihat adil karena mahasiswanya berasal dari banyak daerah. Banyak universitas negeri yang mungkin kurang dikenal atau swasta yang ingin juga bersaing secara kompetitif dan kolaboratif malah tenggelam, karena kalah pamor dengan universitas ternama dengan tawaran dan angan-angan semu seolah kesuksesan bersama kami dari universitas sini. Dan permasalahan ini tidak hanya di sistem pendidikan sendiri, tapi masuk ke dalam masyarakat sebagai bentuk-bentuk anggapan apabila seseorang berhasil harus dari universitas tertentu atau program studi tertentu. Permasalahan ini cuma berujung pada diksi tanpa aksi yang besar, kalau soal aksi kecil tentu banyak sekali, tapi itu tidak cukup.

Next, kita bahas ujian praktik kemarin, tidak seperti dugaan awalku yang mengerikan, tesnya ternyata bisa dilalui dengan mudah. Meskipun aku merasa kurang nyaman karena seharusnya bisa dikerjakan bersama materinya biar satu kesepahaman, yang ada justru malah belajar sendiri-sendiri. Dan masih ada ujian terakhir di Senin dan Selasa depan, semoga diberi kelancaran dan materi yang aku susun dan pelajari bisa masuk semua. Kemarin sempat ingin melakukan simulasi tapi aku kok dianggap gerak sendiri tanpa mengajak yang lain padahal aku sudah koordinasi dan tidak ada respon, atau cuma ingin saja. Sampai kepikiran semoga SBMPTN biru aja lah, biar aku menyudahi drama ini wkwkwk.

Aku masih saja khawatir dengan hasil UTBK, sampai mengganggu prosesku menyelesaikan kuliah praktik di dinas. Belajar menjadi seorang yang mindfull memang sulit. Aku akan terus mencoba supaya aku bisa fokus pada saat ini (present) bukan masa lalu atau masa depan (moment). Rasanya kaya pengen pindah, tapi juga tidak tau nanti SBMPTN lolos atau tidak, yang jelas tunggu saja 14 Juni.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memelihara Imajinasi

 03-02-2024 Saya tahu bahwa orang-orang selalu berusaha untuk optimis, menghadapi segala masalah dengan percaya diri dan yakin selalu ada harapan meskipun kenyataan memberikan tanda bahwa tidak ada kemungkinan lain selain berhenti, menyerah, atau gagal. Kita selalu diberikan kata-kata bahwa kita bisa menangani semua hal, selalu dapat berkembang dan belajar agar menjadi pintar. Padahal, kita juga mengalami stuck, selalu mengalami kegagalan, bahkan tak jarang kita juga selalu sakit. Rasa yakin itu kemudian tetap ada sekalipun gagal ada di depan mata, sekalipun orang lain tidak percaya dan memang kenyataannya tidak seperti itu, orang pasti akan menunjukkan bahwa kitalah yang salah. Sedikit kata penganatr yang ngelantur sebelum membahas inti dari tulisan ini, yaitu tentang memelihara imajinasi. Merefleksikan proses kemarin selama perkuliahan, khususnya prakitkum, saya banyak menemukan hal-hal yang menunjukkan bahwa saya memang tidak sepintar yang saya bayangkan. Pada posisi itu, saya m...

Raungan dalam hening

 . Hi, Arya kembali lagi. Bakal certia dikit tentnag keresahan sejauh ini. Aku sendiri merasa kurang percaya diri dan cukup insecure sejak kecil, bahkan mungkin sejak TK atau sebelum sekolah. Aku orangnya cukup pendiam dan pemalu sejak dulu. Di TK, aku ga begitu aktif dalam kegiatan, kurang interaktif juga dengan teman-teman lainnya. Di lingkungan rumah, aku juga cukup terbatas, banyak aturan dari wali yang mengasuh. Aku merasa memiliki kebebasan yang kurang dibanding yang lain, meskipun aku kadang cukup penakut untuk mencoba hal baru seperti teman yang lain. Aku dikenal dari dulu memang nggak keren, kurang update soal tren-tren yang sedang diikuti anak-anak seumuranku. Aku justru malah sering dimanfaatkan atau ditipu ketika ingin belajar atau ikut bermain mengikuti tren bersama teman.Sejak SD, aku juga memang jarang memiliki teman. Di TK pun hanya kenal beberapa dan tidak begitu akrab, paling hanya akrab ke 1 2 anak saja. Aku juga sudah tidak akrab lagi dengan keduanya, setidaknya...

Disconnected from the world

 ... Lagu yang cukup relate, beberapa liriknya aja sih dan maknanya yang cukup 'kena'. Lagunya keshi - LIMBO yang biasa dipake buat konten karena liriknya bagus dan nadanya mungkin banyak disuka cewe hahaha. Ada bagian lirik yang maknanya kurang lebih: Kita mungkin punya mimpi atau aspirasi, tapi malah jatuh ke dalam hal berulang untuk tidak melakukan apapun dalam mencapai itu. Kita selalu merasa bersalah atas diri kita karena tidak berupaya dan merasa upaya yang dilakukan hanya akan sia-sia karena tidak berdampak atau upaya yang kita lakukan tidak ada gunanya. Ya itu kurang lebih apa yang dialami sejauh ini. Gatau kenapa, beberapa waktu ini cukup membuat perasaan ketidakterhubungan diri ke lingkungan kuat. Beberapa info di perkuliahan banyak yang terlewat, sering ngehang kalo ngobrol sama teman, banyak ga nyambungnya. Di akademik, banyak materi yang seharusnya ingat jadi lupa, suka bengong dan sulit fokus ketika kelas. Banyak yang lain punya peran di kampus, punya kerjaan yang...