' Di hari yang seharusnya berbahagia ini malah menulis topik yang sangat tidak relevan.
Ketika seseorang merasa tidak yakin atas kemampuan dirinya, merasa dirinya lebih rendah dari orang lain.
Aku sendiri setelah menganalisa diri, ternyata sudah ada bibit inferior sejak kecil, mungkin karena pola asuh yang kurang tepat. Sejak kecil aku sudah banyak berusaha agar tidak inferior, baik dengan pengembangan yang riil atau yang bersifat semu, seolah-olah jago padahal enggak. Dan itu terbawa sampai dewasa akhirnya. Merasa harus jago di berbagai bidang. Tapi aku juga ingat saat membaca buku "Seni Bersikap Bodo Amat", ada quotes yang menarik yaitu disaat kamu mencari kesempurnaan, maka yang kamu dapat akan sebaliknya. Inferiority memaksa dan mendorong seseorang untuk terus maju, itu bagus. Tapi sebenarnya berbahaya juga bagi kesehatan mental, karena meskipun sebenarnya kamu memang tidak mampu di bidang tersebut, kamu tetap dipaksa untuk bisa, yang biasanya berakhir dengan kemampuan yang gak ahli-ahli amat, tapi banyak stresnya.
Yang nyata dalam kehidupan, orang berusaha fokus dan mengembangkan bidang yang diminati dan benar-benar dia mampu, sambil mencari jalan alternatif untuk mengatasi kekurangan dirinya. Kebanyakan orang dengan hal tersebut rata-rata sukses (based on my experience). Orang dengan inferiority yang parah akan berusaha untuk menguasai berbagai bidang, utamanya bidang yang mereka baru temui dan kebetulan teman-temannya ahli di bidang itu, atau teman-temannya butuh keahlian itu tapi tidak ada yang bisa.
Pendorong hal itu? bisa jadi karena dia merasa sulit bersosialisasi (biar ada nilai plus saat sosialisasi), atau ada pengalaman yang membuat dirinya merasa rendah.
Jadi, inferiority sendiri sebenarnya tidak hanya buruk secara kesehatan mental, namun pada hard skill atau soft skill pun buruk. Karena ketika kita menekuni banyak bidang, kita jadi tidak tau bidang mana yang kita itu ahli dan harus menekuni di bidang tertentu, karena sudah merasa bahwa diri kita ahli di segala bidang, apalagi ketika ada orang lain memberi klaim kamu ahli di banyak bidang sebenarnya hanya membuat semakin parah kondisi itu. Akibatnya? sulit untuk masuk dunia kerja karena keahliannya setengah-setengah (ga jago banget, meskipun perusahaan juga suka orang dengan berbagai ahli karena itu efisien). Mau jadi entrepreneur juga berisiko karena tidak punya pengetahuan yang cukup.
Begitu pula dengan studi, aku sendiri kuliah juga tidak bisa maksimal, sejak sekolah pun sama aja, pas di subject yang kita itu bisa ya sempurna, tapi yang kita gak bisa pasti drop. Berbeda dengan mereka yang fokus pada kelebihan, biasanya justru lebih balance, gap antara yang ahli dengan yang kurang tidak begitu banyak. Buat yang mau masuk kampus pun sama, dia fokus sama materi yang dia kuasai sudah cukup. Yang berusaha membuat per materi dari keseluruhan malah repot karena ya memang sulit, dan dia tidak tau harus fokus materi yang mana, karena merasa semua penting.
Sekian dari penulis, semoga kalian bukan bagian dari kelompok dengan inferiority separah itu.
Ada juga sih rasa inferior karena merasa kurang fasilitas untuk berkembang atau karena kondisi keluarga/kehidupan tidak mujur. Solusinya cuma ikhlas dan belajar untuk berdamai dengan kondisi itu.
Terima kasih:)
Komentar
Posting Komentar