.
Setelah beberapa hari berlalu, masih saja pagi ini gak ceria-ceria amat. Hari ini adalah waktu menuju ospek prodi SALT, penutupan PPSMB UGM, dan mulainya pengisian KRS di UNS. Ngga ada jalan untuk memulai ulang atau mengubah pilihan. Semua sudah lenyap. Mau tidak mau, suka tidak suka, pahit sekalipun memang ini kenyataannya. Rasa bersyukur sama sekali tidak menjadi jawaban untuk ini. Karena ya setelah lama persiapan, persiapan, dan persiapan serta evaluasi nampaknya memang tidak bisa menyelesaikan permasalahan dalam rangka mencapai tujuan akhir.
Sudah makanan sehari-hari gagal itu, namun yang perlu jadi perhatian adalah semua rencana dalam hidup penulis itu sangat jauh dengan apa yang kemarin, hari ini dan mungkin esok terjadi. Entah apa rencana Sang maha Kuasa yang didambakan banyak orang, yang di lain sisi juga banyak orang merasa menderita. Orang-orang yang sudah berusaha maksimal dengan berbagai sumber daya yang dimiliki tentu perlu diapresiasi, tapi tidak semudah itu untuk mendapat apresiasi, apalagi standar perjuangan orang tidak sama dan tidak semua orang tau beratnya hidup seseorang.
Orang gagal dianggap tidak rajin, tidak pandai, memang bodoh saja sudah sejak awal. Padahal bayi bisa berjalanpun dengan belajar, tidak datang tiba-tiba pikiran untuk berjalan. Anggapan banyak orang yang membuat overthinking, karena untuk hidup baik menurut definisi mereka ya harus pintar dulu. Padahal ada yang lebih tepat, yaitu mengenal diri sehingga tau apa kekurangan dan kelebihan, bisa dimaksimalkan kelebihan menjadi kemampuan yang memiliki demand. Soal kekurangan tidak perlu khawatir, yang namanya manusia pasti ada kekurangan.
Impian masuk kampus kerakyatan lenyap sudah. Cita-cita yang sebenarnya ingin diperjuangkanpun sudah hilang entah kapan juga lupa. Kenyataan bahwa sudah melepas kampus lama dan memasuki dunia baru di kampus barupun semakin jelas. Dimana kultur sosial jauh berbeda, perdebatan masalah uang dan bertahan hidup sudah jadi rahasia umum. Hanya orang-orang kuat sebenarnya yang layak mendapatkan kesempatan ini.
Tentu, Tuhan tidak akan memberi kesempatan diluar batas kemampuan hamba-Nya. Tapi yang perlu diingat, manusia juga bisa lelah, bisa rapuh lalu rusak, tidak berfungsi dengan semestinya. Jujur sudah lelah sekali memang melewati hari-hari panjang ini, apalagi kalau sudah mengeklaim hidup penuh penderitaan serta gagasan diri seorang pecundang.
Memang melelahkan, tapi tidak ada kesempatan untuk berhenti. Meskipun hanya bisa merangkak atau melangkah satu demi langkah, setidaknya ada pergerakan menuju entah apapun itu. Hanya perlu istirahat, tapi istirahat yang mendalam, karena lelahnya bukan lelah biasa.
You did a great job, dude. Terima kasih sudah berjalan sejauh ini. Jika dilihat kebelakang, selalu mengeluh dan ingin segera tidur selamanya, tapi pikiran buruk masa lalu tidak terjadi saat ini. Meskipun impian dan harapan yang dulu juga tidak benar-benar ada. Memang Maha Adil.
Memang harapan terakhir ya cuma pengen aja lolos UGM, tapi kagak dikasih juga. Seolah memang ya jalannya ditutup saja. Masuk UI sama sekali tidak ada dalam list harapan. Tapi ya mau bagaimana lagi, banyak hal tidak terduga terjadi dalam hidup. Sekarang juga makin bingung, tapi sudah terlanjur. Ya harus lanjur. Memang penderitaan masa lalu sungguh tidak enak, tapi bukan jadi legitimasi untuk memaksakan hak mendapat kebahagiaan sesuai yang diinginkan. Semua sudah ada takaran masing-masing, hanya perlu bersabar. Semoga dengan mencurahkan tulisan ini, bisa segera istirahat dan mengisi energi untuk kegiatan kedepan.
I'm so proud of myself.
Proud of you
BalasHapus