Langsung ke konten utama

raison d'etre

Jujur sebenarnya bingung, rasanya tidak perlu ada yang dipikirkan. Namun, setiap waktu ada saja pikiran-pikiran yang mengganggu. Pikiran-pikiran itu sangat acak berdatangan, bingung bisa muncul dari mana. Tidak ada maksud untuk mengundang pikiran itu hadir, hanya ingin berdiam dan fokus sejenak. Rasanya tidak nyaman menghadapi diri sendiri. *kenapa bingung? pas muncul ide ini, penulis ga sempat meluangkan waktu untuk melanjutkan, mohon dimaklumi dan semoga tulisannya masih utuh dengan ide awalnya.
Bingung ingin melangkah kemana. Awalnya sebagai seorang yang percaya diri akan hari esok yang baik. Berusaha membangun hal-hal besar dan baru. Melawan arus yang deras menerpa dengan keterbatasan tenaga. Tidak jarang juga terlempar, memaksa diri untuk terus melawan deburan ombak di muka.
Orang pikir, bak manusia populasi terkhusus yang setidaknya memiliki kelebihan dari apa yang dimiliki manusia pada umumnya. Padahal rupanya orang ini hanya manusia biasa, standar dan sangat umum namun memiliki nasib yang kadang lebih mujur saja. Berkuliah di UI tidak membuat seseorang itu auto masa depan cerah atau, setidaknya, kekhawatiran akan terdepak dari bursa kerja dapat menghilang, jelas juga masih mengancam para lulusannya. Mengambil Ilmu Kesejahteraan Sosial sebagai pilihan yang dituju dalam berproses selama kurang lebih 4-5 Tahun merupakan pilihan yang cukup menarik. Mengingat bidang ilmu ini di Indonesia masih sangat tabu, departemen yang sering disalahartikan orang. Mulai dari singkatan Kesos yang dianggap Kesehatan Sosial hingga prospek ke depan yang hanya mengaitkan dengan Dinas Sosial/Instansi terkait, karena ada "sosial"nya. Mengambil departemen tersebut dengan satu alasan sakti "Kesos adalah hal yang relate dengan pengalaman hidup dan kesos adalah bagian dari perjalanan hidup". Mengambil jalan itu harapannya dapat menemukan kembali motivasi karena dirasa sesuai jalur yang sesuai, kenyataannya tidak semanis itu. Setelah menyelami selama beberapa waktu (memang belum lama sih), sepertinya sekalipun masuk di prodi dan universitas yang diidamkan tidak akan menjawab akan tujuan hidup itu sendiri. Tujuan hidup itu ada karena ada yang 'menghidupkan' suatu tujuan. Tujuan hidup tidak untuk dipilih atau dicari. Menghhidupan tujuan dengan maksud bahwa tujuan apapun itu membuat seseorang yang menjalaninya menjadi hidup, menjadi lebih menyadari diri dan sekitar yang harapannya akan membuat lebih sejahtera atau setidaknya lebih nyaman dari sebelumnya.
Menemukan tujuan hidup tidak semudah memilih prodi tujuan di kampus atau sekedar punya hobi atau mengembangkan bakat, jauh lebih rumit dan kompleks dari itu. Namun, satu inti yang bisa dijadikan kunci dalam menemukan tujuan hidup yaitu kesadaran diri. Kesadaran diri mendorong untuk memahami batas diri, menerima hal-hal yang dirasa tidak dikehendaki ada di dalam diri, mendorong jauh lebih menerima dan ikhlas, dari hal tersebut mempermudah bersikap bijak dan penuh kesabaran, karena diri ini hanyalah manusia yang TERBATAS.
Jadi? apa Penulis perlu keluar dan mencari arena petualangan baru atau memaksa menembus rimba kesos yang masih menjadi tanda tanya, apakah dapat menjawab tujuan hidup itu? atau apa itu sebenarnya bagian kecil dari tujuan hidup itu sendiri? Tidak ada yang tahu.

Salam hangat dari Penulis menjelang akhir tahun.
28/12/2021

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memelihara Imajinasi

 03-02-2024 Saya tahu bahwa orang-orang selalu berusaha untuk optimis, menghadapi segala masalah dengan percaya diri dan yakin selalu ada harapan meskipun kenyataan memberikan tanda bahwa tidak ada kemungkinan lain selain berhenti, menyerah, atau gagal. Kita selalu diberikan kata-kata bahwa kita bisa menangani semua hal, selalu dapat berkembang dan belajar agar menjadi pintar. Padahal, kita juga mengalami stuck, selalu mengalami kegagalan, bahkan tak jarang kita juga selalu sakit. Rasa yakin itu kemudian tetap ada sekalipun gagal ada di depan mata, sekalipun orang lain tidak percaya dan memang kenyataannya tidak seperti itu, orang pasti akan menunjukkan bahwa kitalah yang salah. Sedikit kata penganatr yang ngelantur sebelum membahas inti dari tulisan ini, yaitu tentang memelihara imajinasi. Merefleksikan proses kemarin selama perkuliahan, khususnya prakitkum, saya banyak menemukan hal-hal yang menunjukkan bahwa saya memang tidak sepintar yang saya bayangkan. Pada posisi itu, saya m...

Raungan dalam hening

 . Hi, Arya kembali lagi. Bakal certia dikit tentnag keresahan sejauh ini. Aku sendiri merasa kurang percaya diri dan cukup insecure sejak kecil, bahkan mungkin sejak TK atau sebelum sekolah. Aku orangnya cukup pendiam dan pemalu sejak dulu. Di TK, aku ga begitu aktif dalam kegiatan, kurang interaktif juga dengan teman-teman lainnya. Di lingkungan rumah, aku juga cukup terbatas, banyak aturan dari wali yang mengasuh. Aku merasa memiliki kebebasan yang kurang dibanding yang lain, meskipun aku kadang cukup penakut untuk mencoba hal baru seperti teman yang lain. Aku dikenal dari dulu memang nggak keren, kurang update soal tren-tren yang sedang diikuti anak-anak seumuranku. Aku justru malah sering dimanfaatkan atau ditipu ketika ingin belajar atau ikut bermain mengikuti tren bersama teman.Sejak SD, aku juga memang jarang memiliki teman. Di TK pun hanya kenal beberapa dan tidak begitu akrab, paling hanya akrab ke 1 2 anak saja. Aku juga sudah tidak akrab lagi dengan keduanya, setidaknya...

Disconnected from the world

 ... Lagu yang cukup relate, beberapa liriknya aja sih dan maknanya yang cukup 'kena'. Lagunya keshi - LIMBO yang biasa dipake buat konten karena liriknya bagus dan nadanya mungkin banyak disuka cewe hahaha. Ada bagian lirik yang maknanya kurang lebih: Kita mungkin punya mimpi atau aspirasi, tapi malah jatuh ke dalam hal berulang untuk tidak melakukan apapun dalam mencapai itu. Kita selalu merasa bersalah atas diri kita karena tidak berupaya dan merasa upaya yang dilakukan hanya akan sia-sia karena tidak berdampak atau upaya yang kita lakukan tidak ada gunanya. Ya itu kurang lebih apa yang dialami sejauh ini. Gatau kenapa, beberapa waktu ini cukup membuat perasaan ketidakterhubungan diri ke lingkungan kuat. Beberapa info di perkuliahan banyak yang terlewat, sering ngehang kalo ngobrol sama teman, banyak ga nyambungnya. Di akademik, banyak materi yang seharusnya ingat jadi lupa, suka bengong dan sulit fokus ketika kelas. Banyak yang lain punya peran di kampus, punya kerjaan yang...