Langsung ke konten utama

Relationship: in a nutshell

Akhirnya ada kesempatan menulis yang cukup serius, semoga menambah wawasan teman-teman.

 

Sumber: https://memeguy.com/photo/294593/my-relationships-in-a-nutshell

Kita semua tentu paham kebutuhan manusia dalam berhubungan dengan orang lain. Hubungan tersebut ada yang bersifat sementara, lama ataupun memiliki tujuan tertentu. Kali ini akan dibahas hubungan dalam artian hubungan lawan jenis. Alih-alih membahas pacaran atau pernikahan, membahas hubungan jauh lebih penting karena hal tersebut merupakan bagian dari hal itu sendiri serta tanpa memahami hubungan, seseorang tidak akan bisa mengalami pacaran ataupun pernikahan. Hubungan dalam hal ini dapat diartikan sebagai proses dalam seseorang berinteraksi dengan lawan jenis yang memiliki tujuan ingin mengenal atau menciptakan posisi tertentu terhadap kehidupan lawan jenis.

Pola hubungan yang dilakukan generasi kita saat ini yang kebanyakan lahir di awal abad 20 sangat berbeda apabila dibandingkan dengan generasi yang lahir sebelum abad 20. Jika mengacu pada penelitian James Bossard, seorang sosiolog pada tahun 1932, yang melakukan penelitian pada warga Philadelphia, Amerika Serikat. Berdasarkan penitilian tersebut, dari 5.000 lisensi pernikahan, satu dari enam individu menikah dengan orang dari satu blok yang sama dan satu dari delapan individu di gedung mereka menikah dengan orang yang satu gedung pula. Keterbatasan akses informasi menjadi salah satu faktor mengapa masyarakat sebelum abad 20 menikah dengan orang di lingkungan sekitarnya. Berbeda dengan masyarakat kita saat ini yang dianggap sebagai digital native, dimana dengan kemampuan pemanfaatan teknologi yang baik, akses serta keterbukaan informasi sangatlah besar dan memungkinkan seseorang dapat berhubungan meskipun berbeda kota, wilayah bahkan negara.

Perkembangan teknologi saat ini telah banyak membantu menyelesaikan permasalahan sekaligus menjadi bencana bagi umat manusia. Manusia dalam menemukan seseorang untuk berhubungan juga sangat terbantu dengan berkembangnya teknologi. Kemunculan berbagai teknologi seperti media sosial, aplikasi chat, bahkan baru-baru ini mulai banyak muncul aplikasi kencan daring. Teknologi tersebut memungkinkan masyarakat kita saat ini dapat memiliki pasangan dalam hubungan dengan jangkauan yang jauh lebih luas. Jika kita dapat memanfaatkan secara bijak, tekonologi akan membawa kita pada hubungan yang berkualitas. Namun, teknologi juga dapat menjadi bencana terutama apabila kita tidak memanfaatkannya secara bijak. Dampak teknologi lain adalah banyaknya arus informasi masuk yang memungkinkan kita untuk memiliki banyak sekali pilihan, termasuk dalam hubungan.

Bencana dari kehadiran teknologi merupakan salah satu dari berbagai permasalahan dalam hubungan. Budaya yang dibawa oleh kehadiran teknologi melalui film atau gambaran media sosial yang secara tidak langsung mengakar pada masyarakat kita, membawa pada bencana ekspektasi dalam hubungan yang irrasional. Ketika memulai hubungan, seolah kita harus dituntut untuk mencari seseorang yang harus memenuhi kriteria entah itu fisik, finansial, karir, pendidikan dan hal lain sekaligus dituntut untuk memenuhi kebutuhan biologis kita dalam berhubungan, yang jujur saja hal itu sangat tidak rasional. Ketika kita menjalani suatu hubungan dan di awal pertemuan tergambar bahwa seseorang yang akan menjadi pasangan kita kurang sesuai, padahal mungkin saja kita hanya menilai sekilas saja, menjadi lebih mudah terganggu dengan adanya teknologi. Alih-alih kita mengenal lebih jauh dan memberi kesempatan kepadanya untuk menunjukkan jati dirinya atau keseriusannya, yang umum terjadi kita cenderung tergesa-gesa untuk mendekati seseorang yang lain karena banyaknya pilihan sebagai dampak dari berkembangnya teknologi. Banyaknya pilihan juga malah cenderung membuat kita takut untuk menentukan pasangan karena bayang-bayang kegagalan atau ketidakcocokan.

Untuk memitigasi kemungkinan buruk dalam berhubungan, mungkin kita dapat memulai untuk mengenali diri kita. Mengacu pada buku Attached karya Amir Levine dan Rachel S.F Heller, setidaknya ada tiga tipe keterikatan yang dapat membantu kita mengenali diri dalam menjalani hubungan. Yang pertama adalah tipe cemas, dimana seseorang dengan tipe ini biasanya akan memiliki kecemasan berlebihan terhadap pasangan. Ilustrasi yang menggambarkan tipe ini adalah ketika Beatrice sedang merindukan pasangannya yang saat ini sedang rapat di kantor. Dia menelfonnya dan ternyata ditolak, dan Beatrice mulai cemas bahwa pasangannya tidak peduli kepadanya. Tipe menghindar, yaitu tipe kedua yang menggambarkan seseorang dengan kemerdekaan yang tidak bisa diganggu. Orang dengan tipe ini biasanya akan menghindar sekalipun memiliki hubungan karena memiliki kekhawatiran hilangnya perasaan bebas. Terakhir adalah tipe aman, yaitu orang yang cenderung lebih memahami secara lebih hati-hati tanpa perlu khawatir. Orang dengan tipe ini nyaman dengan hubungan intim dengan kedekatan fisik. Orang dengan tipe ini cocok dengan tipe khawatir ataupun menghindar. Misalkan ketika berhubungan dengan orang yang bertipe menghindar, ketika orang tipe menghindar tidak menanggapi pertanyaan orang tipe aman, orang tipe aman akan langsung memahami bahwa pasangannya sedang tidak ingin berbicara.

Dari uraian masalah serta bentuk tipe seseorang dalam hubungan, terdapat cara dalam mencari pasangan dalam hubungan. Kunci dalam mencari pasangan adalah keterbukaan serta kejujuran. Mengingat manusia merupakan makhluk yang kompleks, ketidakjujuran dan sikap menutup diri hanya akan membuat kita sulit untuk dikenali oleh orang lain atau menimbulkan anggapan sepihak dari fakta yang tidak menggambarkan diri kita sebenarnya. Dalam hubungan tentu akan ada berbagai masalah, meskipun pasangan kita ‘mungkin’ kita anggap sebagai pasangan yang cukup ideal dan sesuai kriteria. Kita tidak perlu takut dengan masalah yang nanti akan muncul, lebih baik untuk segera menentukan dan menjalani serta fokus mendalami satu orang untuk membantu hubungan yang baik. Karena pasangan yang baik akan selalu membantu pasangannya untuk mencapai tujuannya satu sama lain. Tips tambahan ketika sudah berpasangan, fokus pada kompas moral dan nilai dalam diri apabila merasa hubungan tidak berjalan dengan sehat untuk menentukan keputusan berikutnya. Membuat keputusan memang sulit, namun hal tersebut akan memberi peluang kita untuk membangun hubungan yang jauh lebih baik.

 

Jika teman-teman minat dan ingin mendalami terkait hal tersebut, dapat diskusi via DM instagram @aryadimassetyawann atau bisa dibaca buku-buku referensi di bawah:

Attached karya Amir Levine dan Rachel S.F Heller

Relationship Goals karya Michael Todd

Modern Romance karya Eric Klinenberg dan Aziz Ansari

The Mastery of Love karya Don Miguel Ruiz


Komentar

  1. The object of the sport is to predict where the ball will land on the roulette wheel. There are many different betting options obtainable, and players can wager on a single number, a gaggle of numbers, and even purple or black. As find a way to|you possibly can} see, human interplay performs a serious half as to why stay casinos are thriving. Live casinos seamlessly blends together convenience and interplay, and we’re excited to see how this form of on-line playing will 점보카지노 grow in time.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memelihara Imajinasi

 03-02-2024 Saya tahu bahwa orang-orang selalu berusaha untuk optimis, menghadapi segala masalah dengan percaya diri dan yakin selalu ada harapan meskipun kenyataan memberikan tanda bahwa tidak ada kemungkinan lain selain berhenti, menyerah, atau gagal. Kita selalu diberikan kata-kata bahwa kita bisa menangani semua hal, selalu dapat berkembang dan belajar agar menjadi pintar. Padahal, kita juga mengalami stuck, selalu mengalami kegagalan, bahkan tak jarang kita juga selalu sakit. Rasa yakin itu kemudian tetap ada sekalipun gagal ada di depan mata, sekalipun orang lain tidak percaya dan memang kenyataannya tidak seperti itu, orang pasti akan menunjukkan bahwa kitalah yang salah. Sedikit kata penganatr yang ngelantur sebelum membahas inti dari tulisan ini, yaitu tentang memelihara imajinasi. Merefleksikan proses kemarin selama perkuliahan, khususnya prakitkum, saya banyak menemukan hal-hal yang menunjukkan bahwa saya memang tidak sepintar yang saya bayangkan. Pada posisi itu, saya m...

Raungan dalam hening

 . Hi, Arya kembali lagi. Bakal certia dikit tentnag keresahan sejauh ini. Aku sendiri merasa kurang percaya diri dan cukup insecure sejak kecil, bahkan mungkin sejak TK atau sebelum sekolah. Aku orangnya cukup pendiam dan pemalu sejak dulu. Di TK, aku ga begitu aktif dalam kegiatan, kurang interaktif juga dengan teman-teman lainnya. Di lingkungan rumah, aku juga cukup terbatas, banyak aturan dari wali yang mengasuh. Aku merasa memiliki kebebasan yang kurang dibanding yang lain, meskipun aku kadang cukup penakut untuk mencoba hal baru seperti teman yang lain. Aku dikenal dari dulu memang nggak keren, kurang update soal tren-tren yang sedang diikuti anak-anak seumuranku. Aku justru malah sering dimanfaatkan atau ditipu ketika ingin belajar atau ikut bermain mengikuti tren bersama teman.Sejak SD, aku juga memang jarang memiliki teman. Di TK pun hanya kenal beberapa dan tidak begitu akrab, paling hanya akrab ke 1 2 anak saja. Aku juga sudah tidak akrab lagi dengan keduanya, setidaknya...

Disconnected from the world

 ... Lagu yang cukup relate, beberapa liriknya aja sih dan maknanya yang cukup 'kena'. Lagunya keshi - LIMBO yang biasa dipake buat konten karena liriknya bagus dan nadanya mungkin banyak disuka cewe hahaha. Ada bagian lirik yang maknanya kurang lebih: Kita mungkin punya mimpi atau aspirasi, tapi malah jatuh ke dalam hal berulang untuk tidak melakukan apapun dalam mencapai itu. Kita selalu merasa bersalah atas diri kita karena tidak berupaya dan merasa upaya yang dilakukan hanya akan sia-sia karena tidak berdampak atau upaya yang kita lakukan tidak ada gunanya. Ya itu kurang lebih apa yang dialami sejauh ini. Gatau kenapa, beberapa waktu ini cukup membuat perasaan ketidakterhubungan diri ke lingkungan kuat. Beberapa info di perkuliahan banyak yang terlewat, sering ngehang kalo ngobrol sama teman, banyak ga nyambungnya. Di akademik, banyak materi yang seharusnya ingat jadi lupa, suka bengong dan sulit fokus ketika kelas. Banyak yang lain punya peran di kampus, punya kerjaan yang...