.
04/11/2022
Tidak terasa udah 3 bulan berproses dalam dinamika kuliah di lingkungan yang baru...
Tulisan ini mungkin akan memuat cerita selama memasuk dunia baru.
Kalo masih ada yang kurang, atau kurang sempurna, atau tidak sesuai harapan teman-teman semua, maaf.
Dunia ini dimulai ketika aku bingung dan ragu untuk membuka pengumuman. Kabar itu begitu mengejutkan, ketika tulisan pengumuman menyatakan aku diterima di Universitas Indonesia. Tentu aku bahagia, senang, terharu, bersyukur, puas. Begitu puas meluapkan emosi buruk menjadi ekspresi haru dan bahagia perjuangan selama 3 tahun akhirnya membuahkan hasil, meskipun bukan yang benar-benar diharapkan. Setidaknya, cukup membuktikan perjuanganku selama itu tidaklah sia-sia.
Kabar buruknya, aku mengalami sakit yang membuat kegiatan orientasi kuliah tidak bisa diikuti dengan baik dan maksimal. Aku dalam beberapa sesi dan kesempatan mengikuti kegiatan orientasi, teman-teman lain sepertinya merasa sangat bahagia dan senang setelah diterima dan memulai kehidupan baru di UI. Aku sendiri masih terbawa sakit dan pemikiran tentang orang kota yang cenderung "picky" dalam bergaul. Setidaknya, aku berproses di salah satu kampus terbaik di Indonesia.
Orientasi tidak berhenti di universitas saja, berlanjutlah ke fakultas. Di fakultas, aku bertemu dengan teman-teman yang jauh lebih seru dan mereka sangat terbuka, sangat welcome dengan anggota baru. Ada beberapa anak yang memandang aku kurang baik, bahkan mungkin yang satu prodi. Tapi aku sendiri tidak mempermasalahkan itu dan tetap berusaha menikmatinya, dengan kondisi yang lemas pasca recover dari sakit. Anyway, thanks buat yang abis ulang tahun, semoga eskrimnya bikin anggapan kebanyakan malah minta dibayarin traktiran bisa berkurang hahaha. Thanks banget udah bantuin aku ngurus ambil jaket kuning.
Berlanjut lagi ke masa ospek jurusan. Disini aku masuk kelompok yang isinya anak-anaknya bisa dikatakan cukup berpengaruh dan influential di jurusan, meskipun ada beberapa anak yang menurutku agak asing karena kurang menunjukkan eksistensinya. Aku menikmatinya dengan baik. Sebelumnya, terima kasih buat kak biffa dan kak audi (mentor okk), kak kidis dan kak kibel (mentor psak), kak saniyya dan kak anggi (mentor salt) sudah memberikan pengalaman, bantuan, dukungan, bingkisan, hahaha. Ospek universitas atau okk berjalan kurang baik, karena aku sakit dan dapat impresi yang kurang bagus, jadi ga gitu akrab dengan temannya. Ospek fakultas sangat akrab sama teman-temannya, pas ospek aja sih, sekarang gatau tuh pada ngapain aja. Ospek jurusan, ga begitu akrab kecuali beberapa seperti si nisa yang kebetulan satu organisai di divisi yang sama, dan cukup menikmati alur pas ospeknya.
Mulai lah dihadapkan dengan tugas yang banyak, dari ospek atau dari kuliah, di sisi lain, ada masalah internal atau eksternal dekat yang membuat pusing, bingung, tidak tahu lagi harus bagaimana. Akhirnya, aku memutuskan mengambil sesi konseling. Terima kasih buat Kak Hilma sudah menemani sesi konseling kurang lebih selama 6 bulan dan memberikan banyak insight, hal-hal yang sebelumnya mungkin sulit buat disadari dan pemahaman baru tentang perilaku manusia. At least, sesi konseling yang aku ikuti cukup membantu aku untuk yakin bisa survive untuk 2 semester ke depan dan mengatasi rasa loneliness, alhamdulillah. Sebenarnya aku juga punya beberapa teman yang supportif dan aku berusaha membantu teman lain yang dirasa belum mendapatkan hal itu. Hal tersebut akhirnya bermanfaat juga, mereka bisa fokus ke tujuan mereka, sesuai harapan dan tujuan mereka dan tidak sendirian. Good for all of you. Aku sendiri merasa ya sendiri aja, semoga ini ga bikin kalian kepikiran aneh-aneh, ya memang sendiri kok hahaha. Thank you guys udah menjadi tempat dalam menyampaikan keluh kesah dan memberikan ruang yang nyaman, meskipun sekarang udah pada punya ruang masing-masing di mana aku gabisa masuk, tapi setidaknya tujuanku buat membuat ruang buat teman yang ga punya ruang, tercapai. Aku juga sudah memenuhi tujuanku, nyari teman belajar. Terima kasih juga buat yang pernah aku ajak zoom random, padahal mungkin kita ga begitu akrab, hanya sekali dua kali menyapa tapi merespon baik dan mau ngikut zoom buat belajar.
Aku sempat main ke UI untuk melihat-lihat dan membantu adaptasi awal kuliah. Thanks buat Andi yang mau menampung saya dari awal ke Depok sampai pindahan ke tempat tanteku. Thanks buat Arpan yang sejak awal kuliah juga mau nemenin berproses dan sampai momen itu juga mau jempur dan nganterin keliling biar lebih kenal daerah UI, perjalanan yang cukup seru. Momen itu juga menjadi titik aku bisa mengenal seseorang yang cukup supportif sampai sekarang, semoga kuliahnya lancar dan bisa mencapai prestasi atau pencapaian lain yang diharapkan.
Beranjak ke semester 3, di mana aku berpindah dari kelas A ke B, jujur disini agak struggle banget dan masih sampai sekarang hahaha. But thank you buat teman-teman yang selama ini welcome dan bahkan mau ngeapproach duluan, karena aku sendiri susah buat aprroach orang duluan, perlu keberanian yang besar lah. Thank you buat Febri, yang menjadi kawan dari awal banget buat sharing banyak hal dan mau nemapung beberapa hari untuk bantuin survei kosan dan adaptasi di tempat baru. Thank you juga buat Rafa yang mau aprroach sejak awal ospek sampai sekarang yang mau inisiatif membantu teman-teman yang kesulitan dan dengan ringan selalu menawarkan bantuan (bahkan maksa ya wkwk) atau sekedar mengajak makan. Terima kasih juga buat seseorang yang sudah meluangkan waktunya untuk ngobrol dan diskusi, mau menyemangati padahal nasibnya kurang lebih sama. Thanks juga buat orang yang menawarkan kosan baru saat ini hahaha, ketemunya random eh tapi bisa kenal dekat dan memberikan BANYAK bantuan, mau nampung padahal kenal aja baru beberapa menit yang lalu. Alhamdulillah, bersyukur banget di balik hal yang tidak enak, tidak nyaman, tidak sesuai harapan, namun masih dikelilingi orang-orang baik dan hal-hal baik. Thanks juga dit, udah ngasi info survei departemen psikiatri yang bikin aku kenal beberapa dokter hebat. Thanks buat dokter Khamel yang memberikan banyak saran sekaligus jadi tempat curhat, terima kasih juga buat dokter Widya yang mau jadi tempat curhat juga sekaligus membantu jalannya asesmen yang harusnya dilakukan oleh dokter Khamel. Terakhir, thanks buat kak Firda yang menjadi penghubung awal aku dengan psikiater.
Tulisan ini aku tulis dengan dasar berbagai dinamika dalam kuliah maupun dalam kehidupan. Dalam keluarga, akan ada kegiatan besar yang seharusnya itu menjadi momen yang bahagia, untuk semuanya. Dalam akademik, aku cukup struggle dan stres dengan tujuan studiku berikutnya dan bentuk peningkatakn kapasitas diri apa yang menunjang kemampuan karirku yang aku sendiri juga belum ada pandangan karir atau minat bidang tertentu. Di sisi kesehatan, psikologis sangat perlu layanan psikiatri tapi terkendala biaya dan akses BPJS mati (gabisa ngurusnya, karena pisah KK sama ortu). Kesehatan fisik, menurun, punya gejala lambung sebelum berangkat ke Depok, sempat workout sampai tulang belakang sakit karena ga kuat nahan beban, dan terakhir, lambung luka dan menimbulkan pendarahan.
Terima kasih juga buat divisi keilmuan HMIKS 22, yang selain menjadi tempatku berproses secara organisasi, juga menjadi salah satu support system yang cukup berpengaruh dalam prosesku selama semester ini. Thank you buat kak Soni yang banyak ngasi info sampai mau menyumbangkan makanan biar aku bisa survive dengan uang pas-pasan. Terima kasih juga buat kak Mela yang selalu backup support pekerjaan dan sering sharing info buat akademik juga. Thanks buat Annisa yang menjadi backup juga dan selalu support. Terakhir, thanks buat Ocha yang selalu memberikan bantuan tidak terduga dan bentuk afeksi spesialnya buat semuanya hahaha. Thanks you juga buat kak Kia yang menjadi support di divisi keilmuan juga.
Terakhir, big thanks buat Dita, Fiya, Nabila, Vane, Tiana, Najuy, Viona, Qori, Paung, Bagus, Rey, Alya, Nana. Udah cukup punya peran banyak dalam kehidupanku. Dari akademik, kegiatan di luar, sampai menjadi jaring pengaman sosial arya (suka ngasi makanan, suka menawarkan banyak bantuan, dan sebagainya).
Mungkin, harapan dan doa sebelumnya terkait kematian mulai bermunculan satu per satu. Jadi teringat dulu daripada hidup menderita kenapa Allah tidak mengambil nyawaku saja? Aku sampai riset tentang percobaan bunuh diri (orang melakukan percobaan) hingga melihat efek setelah kematian, efek kematian yang tidak natural/disengaja, dan sebagainya. Hal itu mendorong aku memahami bahwa secanggih apapun dan setidak sakit apapun cara untuk mati yang dipaksakan, akan tetap meninggalkan rasa yang tidak enak dan tidak ingin kita rasakan. Mungkin harapanku tentang itu diwujudkan dengan bentuk penderitaan yang seharusnya aku hindari. Jika begitu adanya, apapun itu aku hanya berusaha dan ikhlas saja, ikhlas menjalani kehidupan dengan yang ada dan tetap berusaha sebisanya.
Semoga ini cuma menjadi pesan untuk curhat dan bersyukur atas pencapaian sejauh ini. Bukan menjadi pesan terakhir yang dapat kalian baca di blog ini. Aamiinn...
Komentar
Posting Komentar